Daytime Running Light (DRL), Mungkinkah?

Daylight Running Lamp, Audi A4

Daytime running lamp (DRL,  daylight running lamp/daytime running light) merupakan sebuah peripheral/komponen pencahayaan kendaraan, baik mobil maupun motor. DRL dipasang pada bagian depan kendaraan, umumnya letak DRL disandingkan dengan lampu utama, DRL akan secara otomatis menyala manakala pengguna menyalakan mesin kendaraanya. Lampu ini memancarkan warna putih, kuning atau amber yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan pada pengguna jalan yang lain.

DRL, ini baru namanya Kerenn…

Sejarah Penggunaan DRL
Mengacu pada Regulasi pemerintah, DRL dapat menggunakan lampu utama, Low Beam dan Hi Beam, Fog lam/Lampu kabut dengan intensitas cahaya yang diturunkan, dengan tujuan tidak menyilaukan pengguna jalan lain. Banyak penelitian di seluruh dunia sejak tahun 1970-an mengemukakan bahwa lampu terang hari dapat meningkatkan keamanan. Studi pada tahun 2008 yang dilakukan oleh National Highway Traffic Safety Administration Amerika Serikat menganalisa bahwa efek dari DRL tidak begitu banyak berpengaruh pada tingkat tabrakan, tapi ada sedikit pengaruh pengurangan tabrakan pada truk ringan dan mobil van sampai 5,7%.

Gimana Dengan Regulasi Kita?

Satu kata Bro. Mubadzir… Penerapan DRL yang seharusnya diterapkan pemerintah untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas yang diberitakan menjadi penyebab Kematian No. 1 di Indonesia, hanya dipandang sebelah mata oleh Pemerintah, dan Ironisnya hal ini disinyalir (pinyam istilahnya Kang haji Taufik) merupakan strategi antara pemerintah dan para Produsen kendaraan Bermotor/ATPM untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Dibrojolkannya Teknologi AHO (Automatic Headlam On), kalau saya sebut justru merupakan pemborosan dan pembodohan bagi rakyat, coba bro2 kalkulasikan, berapa lampu motor di Indonesia yang akan mati pada motor bersistem MAHO–sori salah ketik–AHO dikarenakan intensitas nyala semakin tinggi, berapa cost yang mampu ditekan oleh produsen dengan dihilangkannya saklar utama, berapa cost saving yang dapat dikeruk dengan ditiadakannya proses Pemasangan Saklar lampu utama? Berapa Keuntungan yang Produsen dapatkan dari pengurangan wiring/perkabelan dengan dihilangkannya Saklar lampu tersebut. Berapa mereka dapatkan semua penghematan ini, sementara konsumen mendapatkan produk yang -syukur Kualitas Tetap, walaupun miris ternyata banyak komponen yang di downgrade… Semua ini bikin saya semakin ngelus dada…

AHO, secara jujur saya katakan justru menjadikan pemborosan, menjadikan silau pengendara lain, apalagi tata krama kita di jawa ini, etika kesopanan ketika memasuki gang kecil harus diperhatikan, ketika ada warga, orang yang sedang duduk, atau ketika masuk ke parkir, banyak yang dirugikan. So, jangan cuma negara yang mau untung, tetapi rakyat dibodohi dengan regulasi yang tidak jelas manfaat dan kegunaanya secara langsung.

Harusnya produsen dengan pemerintah lebih cerdas, dengan memunculkan produk yang secara safety menjanjikan, tanpa pemborosan. Namun Produk bisa lebih efisien, seperti penggunaan LED untuk DRL pada gambar yang saya posting diatas. Ngga akan membutuhkan daya yang besar, karena LED memiliki intensitas cahaya yang tinggi namun hemat energi, life time yang lama. Sehingga masyarakat tercerdaskan dengan teknologi yang ada dan angka kecelakaan menurun. Jangan cuma menentukan kebijakan/regulasi= lampu harus menyala disiang hari untuk menghindari kecelakaan, namun hal lain tidak diperhitungkan yaitu dengan cara menghilangkan saklar untuk mengidupkan dan mematikan lampu depan. Sebuah hal yang sangat keliru, ibarat mau memebersihkan halaman dari dedaunan yg berserakan, tetapi dengan cara menebang seluruh Pohon. Efek yang didapat memang bersih, namun dampak bagi yang lain akan merugikan, ekosistem rusak, binatang kecil kehilangan habitat. Ujung ujungnya kembali ke Lingkungan.

Ini saja bro yang dapat saya share kan, barangkali masbro semua punya pendapat monggo di Share bareng2…

Hidup Blogger, Keep Blogging buat seluruh Blogger

sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/Daytime_running_lamp, http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/22/senjata-pembunuh-no-1-di-indonesia/

13 thoughts on “Daytime Running Light (DRL), Mungkinkah?

  1. DRL menurut saya kurang perlu diaplikasikan di indonesia karena jam siang dan malam yg konstan sepanjang tahun dan intensitas cahaya matahari saat siang cukup tinggi. beda dengan kondisi di eropa terutama daerah skandinavia yg matahari/ siangnya jarang2 sehingga mobil gak begitu terlihat

    • Berarti kalo menurut Agan Grant, penerapan AHO (menghidupkan lampu utama), merupakan kebijakan yang kurang tepat ya gan? Bhsa mudahnya pemborosan energy skaligus menguntungkan produsen maupun oknum dijalan. Benar begitu mas Grant? 🙂
      Thanks for sharing and visiting

Leave a comment